Wednesday, April 27, 2016

Tahap-tahap Proses Pembuatan Kopi Luwak

Bagaimana proses pembuatan kopi luwak dilaksanakan? Pada dasarnya, istilah kopi luwak merujuk pada kopi yang telah dimakan oleh binatang musang luwak (Paradoxurus hermaphroditus). Sistem pencernaan luwak yang sederhana tidak mampu mencerna biji kopi yang notabene memiliki struktur yang keras. Jadilah ketika keluar bersama kotoran luwak, biji kopi tersebut masih dalam kondisi yang utuh tetapi sudah mengalami proses fermentasi secara alami.

Luwak adalah binatang pemakan tumbuh-tumbuhan, termasuk bagian buah dan bunga tanaman. Luwak mempunyai indera penciuman yang sangat tajam sehingga sanggup membedakan mana buah kopi yang telah matang sempurna dan masih setengah masak. Hewan ini hanya mau memakan buah kopi yang kondisinya sudah benar-benar matang. Itulah kenapa, biji kopi dari sisa pencernaan luwak memiliki rasa yang kuat dengan aroma yang harum.
proses-pembuatan-kopi-luwak.jpg
Penasaran bagaimana cara membuat kopi luwak? Mau tahu juga kiat-kiat terkait pembuatan kopi luwak ini? Pelajari panduan selengkapnya sebagai berikut!

Tahap 1 : Memetik Buah Kopi
Pemetikan buah kopi dilakukan dengan memetik buah-buah yang telah matang secara sempurna. Ciri-cirinya antara lain memiliki kulit berwarna merah tua, teksturnya agak lunak, dan mengeluarkan bau yang semerbak. Seluruh buah kopi yang telah terkumpul tersebut kemudian disortir sekali lagi untuk memisahkan buah mentah yang ikut terpanen. Perlu diketahui, luwak hanya doyan memakan buah kopi yang matang.

Tahap 2 : Memberikan Buah Kopi ke Luwak
Proses pemberian buah kopi kepada luwak sebaiknya dilakukan pada pagi dan sore hari menjelang malam. Sedangkan pada siang harinya, Anda bisa memberikan pakan berupa buah-buahan, sayur-mayur, atau makanan pelengkap lain agar luwak tidak merasa bosan. Buah-buah kopi yang akan diberikan kepada luwak sebaiknya ditampung ke dalam suatu wadah yang memungkinkannya tidak mudah berceceran. Jaga suasana di area sekitar kandang luwak supaya tetap tenang dan nyaman.

Tahap 3 : Mengumpulkan Kotoran Luwak
Seperti yang sudah kami singgung di atas, kopi luwak berasal dari sisa pencernaan luwak. Artinya Anda harus mengumpulkan kotoran-kotoran luwak atau yang biasa disebut dengan brenjel. Kelihatan cukup menjijikkan memang. Namun jika Anda menyadari akan potensi nilai jual kopi luwak yang mencapai jutaan rupiah per kilogramnya, tentu Anda bisa menolerirnya kan? Biar tetap aman dan nyaman selama memunguti kotoran luwak, silahkan mengenakan pakaian pelindung seperti sarung tangan dan masker.

Tahap 4 : Membersihkan Biji Kopi
Kotoran-kotoran luwak yang telah terkumpul selanjutnya perlu dibersihkan dengan air mengalir untuk memisahkan biji kopi dari kotoran yang menempel di permukaannya. Pembersihan dilakukan sedemikian rupa dengan membolak-balikkan biji kopi supaya bersih menyeluruh. Ulangi proses pembersihan hingga beberapa kali sampai dipastikan biji kopi tersebut benar-benar bersih. Biji kopi yang telah bersih ini biasanya berwarna kekuning-kuningan dan mengeluarkan wangi yang semerbak.

Tahap 5 : Mengeringkan Biji Kopi
Sebaiknya proses pengeringan biji kopi dilaksanakan dengan memanfaatkan sinar matahari langsung. Sebab biji kopi yang diproses secara alami ini akan memiliki sensasi rasa dan aroma yang khas dan tidak ada duanya. Namun apabila kondisi cuaca sedang buruk dan tidak memungkinkan dilakukan penjemuran, Anda bisa mengeringkannya dengan bantuan mesin pengering khusus.

Kopi luwak biasanya dipasarkan dalam kondisi yang masih berbentuk biji utuh (green beans). Ini dikarenakan citarasa dan aroma kopi dari biji yang masih utuh tidak akan mengalami perubahan. Berbeda halnya dengan kopi bubuk yang seringkali kehilangan sensasi rasa dan aromanya akibat terpapar oleh udara.

Sunday, April 24, 2016

Pedoman Teknik Budidaya Kopi secara Lengkap

Apakah Anda membutuhkan pedoman teknik budidaya kopi secara lengkap? Tanaman kopi adalah salah satu tumbuh-tumbuhan yang banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Pada dasarnya, pembudidayaan tanaman kopi dapat dilakukan melalui serangkaian tahapan yang saling berkesinambungan. Tak lupa, proses budidaya juga wajib dilaksanakan dengan berpedoman pada aspek K-3 yakni kuantitas, kualitas, dan kelestarian.
teknik-budidaya-kopi.jpg

Tahap 1 : Persiapan Lahan
Proses persiapan lahan pada tanah yang terletak di daerah pegunungan dilakukan dengan membuat terasering terlebih dahulu. Kemudian pastikan jumlah pohon pelindung sebanyak 1:4 hingga 1:8 dari jumlah tanaman kopi. Selanjutnya sebarkan pupuk kandang sebanyak 25-50 kg di lahan dan diamkan selama seminggu. Setelah itu, buat lubang tanam yang berukuran 60 x 60 cm atau 75 x 75 cm dengan jarak tanam 2,5 x 2,5 cm sampai 2,75 x 2,75 cm. Tahap persiapan lahan ini dikerjakan paling tidak 2 bulan sebelum proses penanaman dilaksanakan.

Tahap 2 : Pembibitan
Biji kopi yang akan dijadikan bibit harus berasal dari tanaman unggul yang telah diketahui mutu produksinya. Sebagai media persemaian, siapkan kotak atau bumbunan tanah yang diisi pasir dengan ketebalan 5 cm. Lalu pasang pelindung dari pelepah atau paranet di atas media tersebut dengan jumlah yang dikurangi secara bertahap setelah bibit kopi tumbuh. Bibit-bibit kopi ini lantas disiram secara rutin sesuai kondisi kelembaban pada media persemaian.

Biji kopi biasanya akan berkecambah kurang lebih selama sebulan setelah proses pembibitan dilakukan. Selanjutnya pada usia 2-3 bulan, bibit-bibit kopi ini perlu dipindahkan ke dalam polybag yang telah diisi tanah dan pupuk NPK dengan hati-hati agar tidak memutuskan sistem perakarannya. Pilih hanya bibit yang berkualitas bagus, sehat, dan normal. Bibit kopi ini telah siap ditanman di lahan terbuka apabila umurnya telah mencapai 7-9 bulan.

Tahap 3 : Penanaman
Untuk menanam bibit kopi, pertama-tama masukkan pupuk kandang dan tanah bagian atas dari polybag yang dipakai dalam pembibitan. Kedua, buka polybag secara hati-hati lalu masukkan bibit kopi ke dalam lubang tanam. Ketiga, timbun kembali lubang tanam dengan tanah di sekitarnya kemudian siram tanah secukupnya. Sebaiknya tahap penanaman bibit kopi ini dikerjakan pada saat musim hujan. Kalau perlu, pasang pagar pelindung yang mengelilingi bibit agar tidak diserang oleh hama maupun hewan ternak.

Tahap 4 : Pemeliharaan
Proses pemeliharaan tanaman kopi meliputi penyiraman dan pemupukan. Tanaman kopi perlu disiram secara berkala terutama pada waktu tanah dalam kondisi kering atau musim kemarau. Sedangkan pemupukan kopi dilaksanakan sebanyak 2 kali dalam setahun yakni ketika awal dan akhir musim penghujan. Jenis dan dosis pupuk yang dipakai harus disesuaikan dengan jenis tanah atau saran dari kementrian pertanian di masing-masing daerah. Setelah pemupukan selesai dilakukan, usahakan untuk menyiram lahan supaya penyerapan pupuk oleh tanah dapat berlangsung lebih maksimal.

Tahap 5 : Pemangkasan
Pekerjaan pemangkasan pohon kopi dilaksanakan setelah masa panen telah usai. Tujuannya adalah untuk mengatur bentuk pertumbuhan tanaman kopi, mengurangi cabang tunas air/wiwilan, mengurangi penguapan, memaksimalkan pertumbuhan bunga, dan memperbaiki bagian tanaman yang mengalami kerusakan. Idealnya, tahap ini dikerjakan pada awal atau akhir musim penghujan setelah lahan ditaburi pupuk.

Tahap 6 : Pemberantasan Penyakit
Dilaporkan ada cukup banyak penyakit yang sering menjangkiti tanaman kopi. Di antaranya yaitu penyakit karat daun, penyakit jamur upas, penyakit akar hitam, penyakit akar cokelat, penyakit mati ujung, dan penyakit bercak cokelat. Jika pemberantasan menggunakan pestisida alami belum mampu mengatasi penyakit secara maksimal, maka bisa digunakan pestisida kimia sesuai gejala yang dianjurkan.

Tahap 7 : Pengolahan Hasil
Buah kopi yang telah dipetik wajib diproses maksimal selama 20 jam untuk mempertahankan kualitasnya. Proses pengolahan hasil ini meliputi tahapan pembersihan, penjemuran, penggorengan, dan penggilingan. Biji kopi yang telah menjadi bubuk kopi kemudian dimasukkan ke dalam kemasan untuk selanjutnya siap didistribusikan.

Saturday, April 23, 2016

Cara Pengeringan Biji Kopi yang Baik dan Benar

Bagaimana cara mengeringkan biji kopi yang baik dan benar? Pada dasarnya, pengeringan adalah proses pengeluaran air dari dalam biji kopi hingga menuju kadar air kesetimbangan dengan udara sekeliling sehingga mutu biji kopi tersebut dapat dihindarkan dari serangan aktivitas serangga, jamur, dan enzim. Proses ini dilakukan dengan mengambil atau menurunkan kadar air sampai batas tertentu sehingga laju kerusakan biji kopi akibat aktivitas biologis dan kimiawi bisa diperlambat hingga tiba waktunya untuk diolah atau diseduh. Biasanya metode pengeringan banyak memanfaatkan proses pemindahan panas melalui penguapan kandungan air dari permukaan biji kopi.

Pengeringan merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan untuk mengawetkan biji kopi sehingga mempunyai waktu simpan yang lebih lama. Kegunaan lainnya dari metode ini ialah memperkecil berat dan volume biji kopi dibandingkan dengan kondisi awal sebelum proses pengeringan dilakukan. Jadi dengan mengeringkan biji kopi terlebih dahulu, secara tidak langsung juga dapat menghemat ruang penyimpanan.

Di dalam proses pengeringan biji kopi, tingkat keseimbangan kadar air akan sangat menentukan batas akhir dari tahapan tersebut. Seringkali suhu udara pada biji kopi dan kelembaban udara nisbi berpengaruh besar pada keseimbangan kadar air. Apabila jumlah molekul air yang akan diuapkan sama dengan jumlah molekul air yang diterima biji kopi, maka tingkat kekeringan pada biji kopi tersebut sudah seimbang sehingga penguapan air pun akan terhenti.

Laju pengeringan biji kopi dipengaruhi oleh perbedaan kadar air biji kopi dan kadar air kesetimbangan. Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan biji kopi, semakin cepat proses perpindahan panas yang terjadi dan semakin cepat pula penguapan pada biji kopi. Oleh sebab itu, buah kopi yang sudah dipetik harus sesegera mungkin dikeringkan agar tidak menjadi jenuh oleh uap air yang justru dapat memperlambat proses pengeringan.

Secara garis besar, biji kopi yang telah dicuci bersih mengandung air dengan kadar mencapai 55 persen. Melalui proses pengeringan dengan cara menguapkan kandungan air tersebut, maka diperoleh hasil berupa biji kopi yang mengandung kadar air berkisar antara 8-10 persen.
cara-pengeringan-biji-kopi.jpg
Terdapat tiga macam metode yang dapat dilaksanakan untuk mengeringkan biji kopi antara lain :

1. Pengeringan Secara Alami
Pengeringan biji kopi secara alami dikerjakan dengan menjemur biji-biji kopi di bawah terik matahari langsung. Metode ini biasanya diterapkan pada saat musim kemarau sehingga risiko biji tersiram hujan dapat diminimalisir. Sebaiknya biji kopi tadi dihamparkan di latai semen, anyaman bambu, atau tikar serta jangan pernah meletakkannya langsung di atas tanah sebab dapat mengotorinya. Kopi yang sudah dihamparkan dengan ketebalan maksimal 1,5 cm ini dijemur selama 10-14 hari tergantung kondisi cuaca. Pada saat proses penjemuran berlangsung, hamparan kopi tersebut perlu dibalikkan setiap 1-2 jam sekali supaya kering secara merata dengan menggunakan alat garuh kayu.

2. Pengeringan Secara Buatan
Proses pengeringan biji kopi secara buatan dikerjakan dengan menggunakan bantuan mesin pengering yang terdiri atas tromol besi yang memiliki dinding berlubang-lubang. Metode ini bisa dilakukan saat penjemuran tidak mungkin dilakukan karena cuaca sedang mendung atau hujan. Walaupun membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi pengeringan dengan bantuan mesin ini bisa dilakukan dengan cepat, kurang lebih selama 18 jam saja. Tahap pertama yaitu memanaskan biji kopi dengan suhu 65-100 derajat celcius untuk menurunkan kadar air hingga 30 persen. Selanjutnya biji kopi perlu dikeringkan lagi pada tahap kedua yakni memanaskan biji kopi pada suhu 50-60 derajat celcius agar kadar air yang tersisa hanya sekitar 8-10 persen.

3. Pengeringan Secara Kombinasi
Disebut metode pengeringan kombinasi karena memadukan antara pengeringan alami dan pengeringan buatan. Mula-mula biji kopi dijemur di bawah terik matahari sampai kadar airnya tinggal 30 persen. Setelah itu, biji kopi dikeringkan sekali lagi memakai mesin pengering untuk menurunkan kadar air hingga 8-10 persen.

Monday, April 18, 2016

Metode Penanganan Pasca Panen Kopi

Penanganan pasca panen kopi meliputi pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan setelah proses pemanenan buah kopi selesai dilaksanakan. Pekerjaan tersebut mencakup pembersihan dan penjemuran biji kopi hingga berbentuk coffee beans yang sudah terlepas dari daging buah, kulit tanduk, dan kulit ari sehingga siap untuk diperdagangkan.

Penanganan pasca panen kopi harus dikerjakan secara tepat agar kualitasnya terjaga dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Kritertia mutu biji kopi yang perlu diperhatikan tersebut mencakup faktor fisik, citarasa, kebersihan, keseragaman, dan konsistensi. Konon katanya rasa nikmat dari suatu biji kopi dipengaruhi oleh kebun 60%, roasting 30%, serta penyeduhan 10%. Yang menarik, dominasi rasa biji kopi oleh kebun terjadi pada saat proses panen buah kopi.
pasca-panen-kopi.jpg
Secara garis besar, terdapat dua macam teknik untuk menangani pasca panen kopi yaitu metode basah dan metode kering. Simak ulasan lengkap di bawah ini!

Pasca Panen Kopi dengan Metode Basah
Pada dasarnya, penanganan pasca panen kopi dengan metode basah dilakukan melalui tahap pengelupasan kulit dan penghilangan lendir sisa daging buah menggunakan air. Tahap selanjutnya biji-biji kopi yang sudah dalam kondisi bersih tersebut akan dijemur di bawah sinar matahari langsung.

Setelah buah dipetik dari tanaman kopi, semua buah ini direndam di air terlebih dahulu untuk menentukan kualitasnya. Buah kopi yang bermutu rendah akan tetap terapung di permukaan air. Jadi seluruh buah yang terapung ini harus disingkirkan agar tidak merusak mutu dari buah-buah kopi lainnya.

Setelah itu memasuki tahap pengupasan yaitu memisahkan kulit buah kopi dari biji. Hasil dari proses tadi berupa biji kopi yang masih diselimuti kulit tanduk dan berlendir. Oleh sebab itu, diperlukan teknik pembersihan biji kopi sekali lagi sehingga biji tersebut benar-benar layak.

Pada metode basah, dikenal dua teknik untuk membersihkan kulit tanduk dan lendir dari biji kopi. Pertama yakni teknik semi-washed, lapisan lendir yang masih menempel di kulit tanduk dibuang dengan cara memasukkan biji kopi ke karung selama 12-24 jam. Hasilnya berwujud biji kopi yang memiliki permukaan kesat, tidak licin, dan tidak berlendir. Biji tersebut lantas dibilas dengan air, kemudian dijemur. Metode basah dengan teknik semi-washed ini akan menciptakan biji kopi yang mempunyai rasa asam yang rendah dengan rasa body yang cukup kuat.

Kedua yaitu teknik fully-washed yang dilaksanakan dengan merendam biji di air selama 12 jam, di mana pada jam ke-6, air rendaman perlu diganti. Setelah direndam, biji kopi tersebut selanjutnya dibilas dengan sir bersih dan dijemur hingga kering. Karakter citarasa yang didapat dari metode basah dengan teknik fully-washed adalah biji kopi yang mempunyai rasa yang ringan dan mild.

Pasca Panen Kopi dengan Metode Kering
Dibandingkan dengan metode basah yang bisa dikerjakan oleh para petani pemula, pasca panen kopi dengan metode kering harus dilaksanakan oleh para petani yang sudah berpengalaman karena menyimpan risiko gagal rasa. Kopi yang mengalami gagl rasa tentu saja menyebabkan kualitasnya menurun drastis sehingga harganya pun sangat murah.

Secara prinsip, metode basah dilaksanakan dengan membersihkan buah kopi menjadi bij tanpa menggunakan air sedikit pun. Jadi setelah dipetik dari kebun, buah kopi tersebut akan langsung dijemur begitu saja dan tidak perlu menghilangkan kulit dan lendirnya. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan biji kopi yang memiliki citarasa dan aroma yang berbeda dan khas buah-buahan.
Ada dua macam teknik pada metode kering antara lain teknik honey-process dan teknik naturak-process. Pada teknik honey-process, buah kopi yang telah dipanen kemudian dikupas langsung. Berikutnya biji kopi yang dibungkus lendir tersebut dijemur hingga kering. Proses ini menghasilkan biji kopi yang bercitarasa sweet.

Sementara itu, buah kopi pada proses natural langsung dijemur sekulit-kulitnya tanpa melalui pengupasan. Tujuannya ialah agar muncul rasa lain selain asam dan pahit pada biji kopi tersebut. Misalnya saja rasa buah-buahan kopi yang cukup kuat.

Tuesday, April 12, 2016

Cara Membuat Pupuk Organik untuk Tanaman Kopi

Bagaimana cara membuat pupuk organik untuk tanaman kopi? Dibandingkan dengan pupuk kimiawi, pupuk organik dinilai memiliki manfaat yang baik untuk tanaman kopi. Pupuk organik mampu meningkatkan kandungan unsur hara dan senyawa organik bagi media tanam, menyuburkan tanah secara alami, meningkatkan kuantitas jasad renik di dalam tanah, mengendalikan berbagai jenis parasit yang berbahaya, meningkatkan produktivitas tanaman, serta memacu tingkat pertumbuhan buah kopi.

Pupuk organik terdiri atas dua macam yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos. Pupuk kandang adalah pupuk yang terbuat dari kotoran hewan, sedangkan pupuk kompos terbuat dari dedaunan. Pupuk kandang ada yang berwujud cair dan padat.
pupuk-organik-tanaman-kopi.jpg
Di bawah ini panduan proses pembuatan pupuk organik untuk tanaman kopi dari kotoran kambing :

A. Pupuk Organik Cair dari Urin Kambing
Bahan-bahan yang dibutuhkan :
  • 150 liter urin kambing
  • 1 liter tetes tebu
  • 10 liter air
  • 5 kg empon-empon (kunyit, laos, kunci, temulawak, temuireng, dan sebagainya)
  • Starter fermenter secukupnya, contohnya EM4

Langkah-langkah pembuatan :
  1. Tuangkan air ke dalam drum plastik, lalu tambahkan tetes tebu ke dalamnya. Kemudian masukkan pula starter fermenter seperlunya ke dalam larutan di atas. Jangan lupak aduk sampai komposisinya tercampur rata.
  2. Setelah pembuatan larutan di atas rampung, selanjutnya tuangkan ke dalam drum besar yang sudah terisi dengan urin kambing. Aduk-aduk sebentar kedua cairan ini hingga merata.
  3. Tumbuk empon-empon sampai halus. Setelah itu, masukkan ke dalam drum besar tadi.
  4. Aduk bahan-bahan yang ada di dalam drum besar selama kurang lebih 15 menit. Berikutnya tutuplah drum tersebut dengan rapat.
  5. Setiap hari, drum perlu dibuka dan bahan-bahan di dalamnya harus diaduk selama 15 menit terus-menerus. Tahap ini dilakukan selama 7 hari berturut-turut.
  6. Setelah 7 hari berlalu, pupuk belum boleh digunakan pada tanaman karena masih mengandung gas amonia yang berbahaya. Jadi Anda perlu membuang gas tersebut terlebih dahulu dengan metode penipisan.
  7. Caranya yaitu berikan tekanan pada drum berisi urin menggunakan pompa akuarium sehingga urin tadi mengalir ke talang plastik yang panjangnya mencapai 2 meter. Biarkan urin tersebut dijemur di bawah terik matahari langsung selama 3 jam.
  8. Kini pupuk organik cair pun telah siap untuk digunakan.

B. Pupuk Organik Padat dari Kotoran Kambing
Bahan-bahan yang dibutuhkan :
  • 1 ton kotoran kambing
  • 200 kg kapur dolomit
  • 200 kg sekam padi/abu kayu/serbuk gergaji
  • 4 botol decomposer, contohnya EM4

Langkah-langkah pembuatan :
  1. Hancurkan terlebih dahulu kotoran kambing dengan memakai mesin khusus atau secara manual. Anda juga bisa menambahkan urea sebanyak 1 persen untuk menghancurkan kotoran kambing tersebut.
  2. Siapkan area khusus yang akan dipakai untuk tempat pembuatan pupuk padat. Pastikan tempat tersbut terhindar dari air dan hujan dengan memasang terpal di atasnya.
  3. Hamparkan kotoran kambing setebal 20-30 cm. Lalu taburkan kapur dolomit dan abu kayu di atasnya.
  4. Setelah itu, siapkan decomposer yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan sesuai saran pada kemasan. Kemudian siramkan cairan decomposer ini pada lapisan kotoran kambing secara merata hingga kadar air mencapai 40%.
  5. Buat lapisan berikutnya dengan prosedur yang sama seperti di atas. Jangan lupa untuk menyiraminya juga memakai cairan decomposer. Lakukan perkerjaan ini berulang-ulang hingga seluruh kotoran kambing habis.
  6. Tahap selanjutnya, lapisan-lapisan tadi kemudian dicangkul pada salah satu sisinya dengan gerakan yang searah. Hal ini lantas akan membentuk timbunan kotoran kambing yang baru di sebelahnya. Ulangi sekali lagi proses pencangkulan ini dengan arah gerakan yang berkebalikan.
  7. Berikutnya kotoran kambing ini lantas ditimbun, lalu ditutup rapat memakai terpal. Berikan penahan pada bagian pinggir terpal supaya tidak mudah terbuka saat dihembus angin.
  8. Setelah seminggu berlalu terpal kemudian dibuka dan diaduk-aduk, lalu ditutup kembali serta didiamkan selama 3 minggu. Barulah setelah itu pupuk organik padat ini sudah siap untuk dipakai.

Monday, April 4, 2016

Hama Pada Tanaman Kopi dan Cara Pengendaliannya

Apa sajakah hama yang menyerang tanaman kopi? Bagaimana pula cara pengendaliannya yang tepat? Dalam rangka memperoleh hasil yang maksimal dari budidaya kopi, pengendalian terhadap hama mutlak harus dikerjakan. Tanaman kopi yang bebas dari hama tentu memiliki tingkat pertumbuhan yang baik serta daya produktifitasnya pun tinggi.
hama-pada-tanaman-kopi.jpg
Setidaknya terdapat lima macam hama yang biasanya merusak tanaman-tanaman kopi, di antaranya :

1. Penggerek Buah
Hama penggerek buah kopi (Hypothenemus hampei) atau dikenal juga sebagai hama BBK (Bubuk Buah Kopi) tergolong ke dalam keluarga Scolytdae di ordo Coleoptera. Hama ini suka menyerang tanaman kopi serta membuat sarang dan berkembang biak di dalamnya. Untuk sampai ke tumbuhan yang diserang, serangga ini biasanya masuk melalui ujung buah dan biji kopi, baik yang masih berada di pohon maupun yang sudah jatuh ke permukaan tanah.

Pengendalian hama BBK dapat dilakukan apabila intensitas serangannya melebihi 10 persen dengan menerapkan sanitasi kebun yakni mengatur naungan supaya lingkungan kebun tidak terlalu gelap. Bisa juga dengan memanfaatkan parasitoid Cephalonomia stephanodris dan jamur Beauveria basiana. Opsi lainnya adalah memilih bibit kopi yang dapat matang secara serempak misalnya USDA 762, BP 234, dan BP 409.

2. Kutu Dompolan
Kutu dompolan ialah sebutan lain dari kutu putih Planococcus citri. Untuk mengatasi hama ini, caranya bisa dilaksanakan dengan mengatur naungan sedemikian rupa sehingga area pertanaman tidak terlalu gelap. Di samping itu, pengendalian terhadap kutu dompolan juga dapat melalui metode kimia dengan menyemprotkan insektisida propoksur seperti poxindo 50 WP.

3. Kutu Hijau dan Kutu Coklat
Kutu hijau (Coccus viridis) dan kutu coklat (Saesetia coffeae) sama-sama merupakan hama yang sering pula merusak tanaman kopi. Teknik pengendalian terhadap kedua hama ini dapat dikerjakan dengan memelihara dan merawat tumbuhan-tumbuhan kopi secara intensif. Pemupukan juga perlu dilakukan dengan berimbang sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Sedangkan cara kimiawinya bisa memakai tepung Karbaril atau Sividol, serta memanfaatkan insektisida Anthio 330n EC.

4. Penggerek Cabang
Yang termasuk hama penggerek cabang pohon kopi yaitu Xylosandrus spp. Hama tersebut bisa ditangani dengan melakukan pembersihan kebun secara rutin sehingga rantai perkembangbiakannya akan terganggu. Metode pengendalian yang tepat di antaranya meliputi pemotongan cabang tanaman yang sudah terserang, pemangkasan terhadap cabang, dan pembakaran ranting-ranting tanaman kopi.

5. Penggerek Batang Merah
Zeuzera coffeae adalah organisme yang kerap ditemukan sebagai penggerek batang merah dari tumbuhan kopi. Secara efektif, pengendalian hama Zaeuzera coffeae ini bisa dilakukan dengan metode kimiawi dan biologis. Contohnya seperti memotong batang tanaman yang telah rusak dan membakarnya, serta menyemprotkan insektisida yang sesuai.